Kamis, 19 Desember 2013

PT Chevron Rusak Hutan Lindung



PT Chevron Geothermal Indonesia (CGI) mengakui pihaknya telah melakukan pembangunan di kawasan hutan konservasi, lindung, dan hutan yang dikerjakan bersama masyarakat di wilayah Kab. Bandung dan Garut. Namun pembangunan di wilayah hutan itu untuk mengembangkan (eksplorasi) panas bumi, guna menghasilkan produksi listrik bagi cadangan di Jawa-Bali.

Meski membangun di kawasan konservasi, Chevron berdalih apa yang dilakukan sudah sesuai aturan yakni berdasarkan MoU antara pemerintah pusat bersama PT Pertamina dan PT Chevron sejak tahun 1984. Dengan masa eksplorasi sekitar 30 tahun dan belakangan diperpanjang menjadi 40 tahun. Eksplorasi panas bumi tersebut untuk mengejar target produksi listrik 330 megawatt.

Demikian diungkapkan Manager Policy Government & Public Affairs PT CGI, Alimin Ginting saat menghadiri pertemuan dengan Komisi D DPRD Jabar bersama seluruh stake holder, terkait pengaduan masyarakat terhadap pembangunan sumur panas bumi oleh PT Chevron di Desa Cihawuk, Kec. Kertasari, Kab. Bandung di Ruang Bamus DPRD Jabar, Jln. Diponegoro Bandung, Kamis (29/9).

"Sejak tahun 1984, pemerintah telah menguasakan Pertamina dan Chevron, untuk mengembangkan panas bumi melalui Keppres No. 22/1981. Untuk mengembangkan panas bumi, tentunya kami harus membangun instalasi, seperti sumur-sumur panas bumi, dan pipa. Berdasarkan kontrak operasional bersama (KOB), pemerintah memberikan luas wilayah kerja kami sebanyak 5.000 ha untuk mengembangkan 300 megawatt," ungkap Ginting.

Hingga saat ini, katanya, di luas wilayah kerja yang 5.000 ha, pihaknya hanya membangun instalasi panas bumi sekitar 50 ha atau hanya 0,1 persen luas wilayah kerja. Selain itu, saat membangun pihaknya berusaha untuk menjaga kelestarian alam.

"Lima puluh hektare yang kami bangun termasuk pembangunan instalasi di wilayah Kab. Bandung. Perlu kami tegaskan pembangunan sumur panas bumi di Kertasari bukan bukaan hutan baru, tapi itu kawasan eksisting dari 5.000 ha yang menjadi wilayah kerja kami," ujar Ginting.

Dikatakan, dari 5.000 ha wilayah kerja Chevron, di Kab. Bandung hanya sekitar 1.221 ha. Dari 1.221 ha itu, lahan yang digunakan untuk pembangunan sumur panas bumi hanya sekitar 1,83 ha. Saat ini, pihaknya sudah membangun tiga unit pembangkit panas bumi, dengan menghasilkan produksi listrik 271 megawatt. Jadi, Chevron masih akan terus mengembangkan panas bumi hingga mencapai produksi listrik 330 megawatt.

Ginting juga membantah tudingan warga sekitar Kertasari, karena pengembangan sumur panas bumi mengakibatkan kekurangan air resapan atau air permukaan. Sebab, pengeboran untuk menghasilkan uap panas bumi tidak akan mengganggu air permukaan, karena pengeborannya jauh lebih dalam.

Selain itu, pihaknya juga membantah jika perusahaannya tidak melakukan koordinasi dengan Pemkab Bandung. Pihaknya sudah bertemu dengan Bupati Bandung pada Juli 2011 membahas dana corporate social responsibility (CSR). Setelah itu, pihaknya juga berencana melakukan pembahasan kembali dengan pemkab, namun waktu tidak memungkinkan karena sedang puasa.

Perlu pendalaman

Sementara itu, Ketua Komisi B DPRD Jabar, Hasan Zenal mengatakan, untuk menyelesaikan masalah ini perlu pendalaman yang menyeluruh dari berbagai aspek. Terkait dengan tudingan masyarakat yang menyatakan Chevron telah melanggar, karena melakukan pembangunan di hutan konservasi.

"Kita tidak mungkin menutup PT Chevron. Kita justru harus mendukung pengembangan panas bumi, apalagi kebutuhannya adalah untuk produksi listrik dan eksplorasinya juga lebih ramah lingkungan dibanding dengan geotermal lainnya. Kita juga paham bahwa untuk membangun instalasi pasti ada sesuatu yang harus dibangun," katanya.

Namun, tambahnya, karena pembangunan di lahan konservasi atau hutan yang dilindungi, ada prosedur yang mengaturnya. Seperti building coverage ratio (BCR), ada batas toleransi untuk melakukan pembangunan di kawasan hutan.

"Berapa batas toleransi hutan yang bisa dibangun di luas kerja PT Chevron sekitar 5.000 ha. Aturan ini yang belum diketahui, karena Biro Hukum Kementerian Kehutanan yang kita undang belum bisa menjelaskan hal ini. Makanya, besok (hari ini, red) kita akan meninjau ke lapangan, dan besoknya lagi kita akan mendatangi Kementerian Kehutanan untuk mempertanyakan masalah ini," ungkap Hasan.

Sebab itu, pihaknya belum bisa memberi rekomendasi terkait masalah ini. Perlu beberapa kali pertemuan lagi dengan beberapa pihak terkait. Selain itu, Komisi B juga meminta PT Chevron, termasuk Pertamina dan Pemprov Jabar yang diwakili Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) dan Dinas Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), untuk menjelaskan masalah ini kepada masyarakat agar tidak menjadi polemik.

"Kepada Chevron juga kita meminta untuk memperhatikan kesejahteran masyarakat sekitar pembangunan panas bumi dan tenaga kerjanya," kata Hasan.

Ketua Forum Penyelamat Lingkungan Hidup (FPLH) Jabar, Thio Setiowekti mengatakan, pihaknya meminta DPRD dan pemprov jangan ragu untuk menutup pembangunan sumur panas bumi PT Chevron di Kab. Bandung. Sebab, pembangunan tersebut melanggar UU No. 27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi.

"Dalam UU disebutkan kegiatan usaha pertambangan panas bumi tidak boleh dilakukan di cagar alam, tempat umum, dan pemakaman. Kami melihat Chevron keukeuh pada MoU dengan pemerintah, tapi 'kan setelah itu ada UU 27. Masa UU kalah sama MoU," tegasnya.

Kritikan Walhi

Kemarin sekitar pukul 10.00 WIB, belasan aktivitis Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jabar mendatangi kantor DPRD Jabar. Mereka mengkritisi eksploitasi energi panas bumi. Walhi menegaskan, pemerintah selama ini selalu mengatakan, PLTP merupakan jawaban dari semua pembangkit tenaga listrik yang ada sebagai sumber energi yang ramah lingkungan. Namun proses eksplorasinya ternyata membawa dampak kerusakan lingkungan yang tak terkendali.

Pengurasan sumber daya alam dalam proyek PLTP sekitar 4.436 MW, yang mulai dilaksanakan pada Januari 2010, belum maksimal meningkatkan kesejahteraan rakyat Jabar. Khususnya masyarakat miskin yang jumlahnya mencapai 12 juta orang.

Sebagai contoh kasus, sebagian masyarakat di Garut, Bandung Barat, Cianjur, dan Purwakarta, masih ada yang belum menikmati energi listrik untuk kehidupannya. (B.96)**

Nilai SAPHR (latihan)

Rabu, 18 Desember 2013

Chevron Siap Salurkan CSR ke Kab Bandung

BANDUNG, (KC) -  

Chevron Geothermal Indonesia Limited (CGI Ltd), erusahaan pengelola panas bumi milik Amerika Serikat yang beroperasi di Desa Cihawuk, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung, siap menyalurkan kembali program corporate social responsibilities (CSR) di Kabupaten Bandung. Sejumlah program yang akan disiapkan antara lain penghijauan di area hulu Sungai Citarum atau sekitar Kertasari, penyediaan saluran air bersih, perbaikan dan permbangunan jalan maupun program lainnya.
“Kita lebih prioritaskan penghijauan atau penanaman pohon di hulu Sungai Citarum. Yang jelas tahun ini pun Chevron siap melaksanakan CSR untuk wilayah Kabupaten Bandung,” kata Prasasti Asandhimitra, Communicatian Manager CGI Ltd,(12/3/13).

Menurut Sasti, sapaan Prasasti, meski sumur panas bumi di wilayah Kabupaten Bandung belum berproduksi, namun pihaknya tetap akan menyalurkan CSR sambil menunggu keputusan terbaru dari pemerintah pusat khususnya Kementerian Kehutanan terkait izin penggunahan lahan hutan di Cihawuk tersebut. Pada tahun lalu Chevron juga telah menyalurkan CSR dengan membangun Jalan Dangdang-Tutugan sepanjang lima kilometer di Cihawuk. Hal tersebut menunjukkan komitmen Chevron dalam merealisasikan CSR ke Kabupaten Bandung. Lebih dari itu juga
dilaksanakan penanaman pohon, dan pembangunan prasarana air bersih bagi 500 kepala keluarga di Desa Cikembang.

“Apa yang telah diperbuat Chevron di Desa Cihawuk merupakan bentuk komitmen dan kepedulian dari Chevron terhadap lingkungan dan masyarakat,” ucap Sasti. Pihaknya berharap agar kemitraan yang telah terbina dapat terus dipertahankan dan berkesinambungan untuk berkontribusi terhadap kesejahteraan dengan masyarakat sekitar.
Seperti diketahui PT CGI telah melakukan perluasan wilayah kerja pertambangannya di bidang panas bumi dengan membangun empat titik sumur di Desa Cihawuk yang menelan lahan hutan konservasi hingga kurang lebih 25 hektare.

Bupati Bandung Dadang M Naser menyambut baik niatan Chevron ini.Bahkan Dadang sendiri menyatakan pihaknya sudah welcome atas investasi yang dilakukan Chevron hanya saja keinginan warganya agar dapat direalisasikan. “Kami bukannya mau mempersulit perizinan untuk Chevron. Tapi tolong itu hutan yang sudah dipakai untuk membuat sumur diganti dulu seluas 25 hektare di hulu Citarum,” kata bupati. Program CSR lain yang bisa dilakukan, kata bupati, antara lain penyediaan sarana air bersih, penataan kawasan kumuh atau rumah tidak layak huni, serta program lain yang dibutuhkan masyarakat.001

Selasa, 17 Desember 2013

Chevron dan Lingkungan Indonesia

Melindungi manusia dan lingkungan seiring dengan menjalankan operasi kami dengan andal dan efisien merupakan bagian tak terpisahkan dari The Chevron Way, Kami menempatkan prioritas tertinggi pada kesehatan dan keselamatan para pekerja kami, serta perlindungan terhadap lingkungan dan aset kami.
Pada tahun 2011, kami berhasil menyelesaikan proyek Zero Water Discharge (Zewadi) di lapangan minyak kami di Duri, yang menghapuskan pembuangan air terproduksi ke lingkungan. Selain mematuhi peraturan pemerintah Indonesia, proyek ini juga sejalan dengan standar kinerja lingkungan Chevron.
Di Balikpapan, Kalimantan Timur, Chevron memperolopori Pengelolaan Sampah Rumah Tangga yang membantu menciptakan kondisi hidup yang lebih sehat untuk 450 keluarga. Program ini, yang didasarkan pada model keterlibatan masyarakat, menerapkan konsep "4R": reduce(mengurangi), reuse (menggunakan kembali), recycle (mendaur ulang) dan replant (menanam ulang). Program tersebut kemudian dikembangkan dan mengikutsertakan sejumlah pemangku kepentingan untuk membangun rumah pembuat kompos pada tahun 2006. Sekarang fasilitas tersebut telah mampu memproduksi 2,5 ton pupuk kompos setiap bulannya yang memberikan pendapatan tambahan untuk para perempuan di tujuh kampung. Melihat kesuksesan inisiatif ini, Pemerintah Kota Balikpapan mengadopsi konsep "4R" dan telah mereplikasi program ini di 27 kecamatan lain di Balikpapan.

Mendukung Program Lingkungan di Taman dan Kawasan Konservasi

Kami mendukung Taman Nasional di Indonesia, kawasan konservasi dan program lindungan lingkungan lain di Indonesia. Di Kalimantan Timur, kami telah membantu membentuk Kawasan Konservasi Laut Berau. Untuk membantu mempromosikan ekowisata, kami bekerja sama dengan National Geographic Indonesia untuk membuat peta ekosistem laut Kepulauan Berau. Wilayah ini meliputi Pulau Derawan, lokasi keberadaan penyu hijau yang terancam punah.
Kami juga berperan aktif dalam merehabilitasi Hutan Kota Telaga Sari di Balikpapan dengan mendirikan Pusat Pendidikan Hutan dan ikut ambil bagian dalam penanaman pohon kembali.
Di Jawa Barat, kami bekerja sama dengan lembaga non pemerintah yang peduli dengan lingkungan, keanekaragaman hayati dan konservasi. Dengan Wildlife Trust/Yayasan PEKA (Peduli Konservasi Alam Indonesia), kami berusaha meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya konservasi dan keanekaragaman hayati, serta menciptakan peluang untuk peningkatan pertumbuhan ekonomi. .
Kami juga bekerja dengan berbagai lembaga non pemerintah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat yang hidup di sekitar Taman Nasional Gunung Halimun-Salak. Dengan kamera tersembunyi di hutan, kami memantau keberadaan dan kondisi spesies yang nyaris punah, seperti macan tutul Jawa, owa Jawa dan elang Jawa.
Chevron, bermitra dengan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak dan Jaringan Kemitraan Suaka Elang, mendirikan sebuah suaka baru untuk elang Jawa (Spizaetus bartelsi), yang terdaftar sebagai spesies yang nyaris punah. Pendirian suaka ini ditandai langkah awal pengembangan jaringan profesional multipartai untuk mendukung pendidikan, penelitian dan usaha konservasi untuk elang dan habitat mereka. Program ini juga mencakup peningkatan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya keanekaragaman hayati di Taman Nasional Gunung Halimun-Salak dan sekitarnya, yang juga merupakan lokasi dimana operasi geothermal Chevron berada. Di Riau, kami mendukung perlengkapan untuk memonitor migrasi elang di Pulau Rupat.
Di akhir 2011, bekerja sama dengan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak, Yayasan Kehati dan lembaga non pemerintah lokal, kami memprakarsai Green Corridor Initiative, sebuah program untuk memulihkan kawasan koridor hutan yang rusak yang menghubungkan hutan konservasi Gunung Salak dan Taman Nasional Gunung Halimun. Program ini akan menanam 250.000 pohon selama lima tahun. Inisiatif ini juga akan memberikan peluang pengembangan ekonomi bagi masyarakat yang tinggal di sekitar wilayah operasi geothermal Salak

Senin, 16 Desember 2013

Kebutuhan Dasar Manusia

Chevron membantu menangani kebutuhan dasar manusia dengan meningkatkan akses terhadap layanan kesehatan, gizi, sanitasi, pertanian dan infrastruktur umum masyarakat dimana kami beroperasi.

Infrastruktur

Kami telah mendukung masyarakat Riau sejak tahun 1950an dengan membuka area yang sebelumnya terisolasi di Riau Timur melalui pembangunan jalan sepanjang 180 kilometer, yang menghubungkan Pekanbaru dan Dumai. Kami juga menghubungkan jalan tersebut dengan jalan yang menuju Provinsi Sumatera Utara malalui wilayah Bangko.
Kontribusi penting kami lainnya adalah membangun Jembatan Siak, jembatan pertama di atas Sungai Siak yang menghubungkan daerah selatan Pekanbaru dengan daerah utara pada tahun 1977, serta menghubungkan bagian barat Sumatera (Provinsi Sumatera Barat) dengan bagian timur (wilayah Dumai di Provinsi Riau).

Layanan Kesehatan

Kami menjalankan sejumlah program yang mendukung peningkatan akses terhadap kebutuhan dasar manusia, termasuk kerja sama kami dengan The Global Fund untuk melawan AIDS, Tuberculosis dan Malaria. Kami mendedikasikan $30 juta sebagai inisiatif pendanaan untuk memerangi penyakit-penyakit tersebut di enam negara, termasuk Indonesia dan Filipina, Thailand, Nigeria, Afrika Selatan dan Angola.
Di Indonesia, Chevron memerangi HIV/AIDS sebagai bagian dari program menyeluruh, termasuk inisiatif pendidikan dan informasi, dan program lokal yang dirancang khusus. Kami mendukung penyuluhan, pencegahan, layanan konseling dan uji sukarela, perawatan dan pendekatan anti-diskriminasi terhadap seluruh karyawan kami dan anggota keluarga mereka. Kami juga berkolaborasi secara aktif dengan pemerintah lokal dan nasional serta LSM untuk mengadakan dan berpartisipasi dalam kampanye pencegahan HIV/AIDS serta penyuluhan untuk melindungi masyarakat di sekitar daerah operasi kami di Riau, Kalimantan Timur, Jawa Barat,dan Jakarta.
Pada tahun 2007, kami menjadi pendiri dari Indonesian Business Coalition on AIDS (IBCA). Kami percaya komunitas bisnis dapat memainkan peran penting untuk bekerja bersama dalam menjalankan praktik terbaik untuk mencegah penyebaran HIV/AIDS yang dimulai dari tempat kerja kita masing-masing.
Kami mensponsori serangkaian program yang disebut Initiative Engage Execute Empower (I3E), dimana kami memberikan bantuan, khususnya dalam program-program perempuan dan pemuda di bidang kesehatan, pendidikan dan pembangunan ekonomi. Di Kecamatan Minas, kami bekerja dengan para mitra untuk meningkatkan kesehatan ibu selama masa kehamilan dan setelah melahirkan dengan meningkatkan kapasitas masyarakat, akses dan kebutuhan akan layanan kesehatan ibu dan bayi. Kami juga membantu mempersiapkan kelahiran dan kemungkinan komplikasi yang mungkin timbul melalui pendekatan keterlibatan masyarakat yang sudah teruji, yaitu Desa SIAGA. Istilah ini merupakan singkatan dari SIap, Antar, jaGA, dan inisiatif ini mendorong semua orang untuk berperan dalam menyelamatkan para ibu. Selain itu, kami juga memberikan nutrisi tambahan untuk sekitar 400 bayi di Minas dengan pemberian makanan tambahan berupa bubur kacang hijau yang sehat, susu formula siap minum, biskuit bayi dan susu.

Minggu, 15 Desember 2013

Pemulihan Kehidupan Pasca Bencana


Chevron telah mendukung upaya bantuan darurat dan rekonstruksi pasca bencana alam di Indonesia. Di bawah ini adalah sejumlah contoh bagaimana kemitraan lokal kami telah membantu mengembalikan akses ke layanan kesehatan dan kebutuhan dasar manusia selain menerapkan upaya-upaya untuk pemulihan jangka panjang.

Membentuk Pembangunan Masa Depan di Aceh

Sebagai respon atas gempa bumi dan tsunami yang meluluhlantakkan bagian utara Sumatera pada tahun 2004, Chevron segera menyediakan bantuan darurat untuk menolong para korban, diantaranya, makanan, pakaian, air bersih dan uang tunai dari para karyawan (senilai $2 juta). Selain bantuan langsung, Chevron juga merancang dukungan jangka panjang, dengan bekerja sama dengan Pemerintah Aceh dan para mitra, melalui Chevron Aceh Recovery Initiative (CARI).
Pendekatan perusahaan berfokus pada pengembangan kemitraan publik dan swasta untuk menghasilkan pertumbuhan ekonomi serta pengembangan kapasitas melalui pendidikan, pelatihan kejuruan, dan pengembangan usaha mikro dan kecil. Tujuh kabupaten dan tiga kota di Provinsi Aceh dan Pulau Nias menerima bantuan Chevron. Sampai saat ini, lebih dari 100.000 penduduk Aceh telah merasakan manfaat dari upaya perusahaan ini.
Pendidikan dan pelatihan merupakan kunci pengembangan kapasitas dan mempertahankan pengembangan ekonomi di kawasan yang terkena tsunami. Chevron dan mitra-mitranya berintevasi di sejumlah program pelatihan kejuruan dan pendidikan untuk menjawab tantangan kebutuhan tenaga kerja saat ini dan jangka panjang, termasuk melalui pendirian Politeknik Aceh.
Inisiatif bersama antara Chevron, United States Agency for International Development (USAID), dan Badan Rekonstruksi dan Rehabilitasi Aceh (BRR), Politeknik Aceh memulai tahun ajaran pertama pada tahun 2008. Fasilitas seluas 9.000 m2, berkapasitas 450 mahasiswa ini diresmikan pada tanggal 23 Februari 2009 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Politeknik Aceh menawarkan gelar di bidang teknik mekatronika, teknik informatika, teknik elektronika industri dan akutansi.
Chevron membiayai konstruksi sekolah ini dengan dana sekitar $6 juta. Kami menyumbangkan, secara total, $14,7 juta untuk pemulihan pasca bencana, termasuk pembangunan Politeknik Aceh dan sekitar $9 juta untuk mendukung pembangunan ekonomi jangka panjang dan upaya pertumbuhan yang berkelanjutan. Selain itu, kami berhasil menggalang dana sekitar $15 juta dari para mitra kami untuk proyek CARI. Kami bermitra dengan Palang Merah Indonesia untuk pelatihan pengembangan kapasitas dan organisasi untuk staf medis; dengan JHPIEGO untuk membuat pelatihan bidan di sejumlah desa di Aceh Besar dan dengan Indonesia Heritage Foundation untuk pelatihan guru dan membuka 30 sekolah pra-TK yang baru di Aceh.

Chevron Earthquake Recovery Initiative (CERI)

Kami juga menyediakan bantuan langsung dan melakukan upaya-upaya pemulihan pasca bencana alam di Yogyakarta, Sumatera Barat, dan Jawa Barat.
Sebagai respon terhadap gempa Yogyakarta pada tahun 2006, kami membantu membangun kembali SDN Kalongan di Sleman, Yogyakarta, dan memberikan bantuan teknis kepada SDN 1 Bero di Klaten, Jawa Tengah selama pembangunannya.
Kami memberikan bantuan kepada para korban gempa bumi di Sumatera Barat yang terjadi pada tahun 2008. Chevron, para karyawan dan keluarganya membantu merekonstruksi SDN 6 Aie Angek di Kabupaten Tanah Datar.
Lalu pada tahun 2009, banyak daerah di Sumatera Barat, termasuk ibukota provinsi, Padang, hancur oleh gempa. Berbekal pengalaman dari Aceh dan Yogyakarta, kami meluncurkan Chevron Earthquake Recovery Initiative (CERI), yang tidak hanya menyediakan bantuan gawat darurat, tapi juga fokus pada pemulihan dan rekonstruksi di sektor pendidikan.
Dua sekolah dipilh untuk mendapatkan bantuan, yaitu SMKN 5 Padang dan SDN 21 Nan Sabaris di Sumatera Barat. Sementara itu, pasca gempa di Jawa Barat, Chevron membantu membangun kembali SDN Cipanas di Sukabumi dan SMAN 23 Pakenjeng, Garut. Berkat bantuan kami, para murid dapat pindah dari tenda darurat yang mereka gunakan sebagai kelas sementara ke bangunan sekolah dalam waktu singkat.

Sabtu, 14 Desember 2013

Pengembangan Ekonomi


Chevron berkomitmen untuk memperbaiki kondisi sosial dan ekonomi dimana kami beroperasi. Upaya kami berfokus pada peningkatan kualitas hidup yang berkelanjutan dan menciptakan lapangan kerja untuk mendorong kemandirian masyarakat. Bersama para mitra, kami mengidentifikasi program-program yang dapat meningkatkan standar hidup, menciptakan lingkungan operasi yang lebih stabil, dan memperkuat hubungan dengan pemangku kepentingan.

Mendukung Usaha Masyarakat

Chevron mendukung program-program yang menawarkan pelatihan dalam bidang pertanian, perikanan dan pengembangan usaha kecil. Program Local Business Development (LBD), yang pertama kali diluncurkan pada tahun 2001, membantu perusahaan kecil dan koperasi di Riau, Kalimantan Timur dan Jawa Barat. Program ini dimaksudkan untuk membantu mengembangkan perusahaan kecil dan koperasi di daerah operasi kami untuk menjadi pemasok barang dan jasa yang andal dan dapat bersaing secara profesional sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi daerah. Dalam lima tahun terakhir, LBD telah memberikan lebih dari 3.300 kontrak kepada pengusaha LBD dan menciptakan sekitar 9.000 jenis lapangan pekerjaan. Kami mengeluarkan lebih dari $48 juta untuk pengadaan barang dan jasa melalui program ini.
Melalui lokakarya LBD, wirausahawan binaan mendapat pelatihan tentang Kesehatan, Lingkungan dan Keselamatan (Health, Environment, and Safety/HES), prosedur pengadaan barang, etika bisnis, manajemen proyek, aspek-aspek teknis dan manajemen keuangan untuk mengembangkan kapasitas mereka.
Tahun 2008, program LBD mendapat pengakuan dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dalam bentuk Penghargaan Padma untuk Solidaritas Sosial.

Meningkatkan Standar Hidup

Di sebelas desa pesisir pantai di Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Chevron mengadakan Program Pemberdayaan Masyarakat Pesisir. Tujuan program ini adalah untuk meningkatkan pendapatan dan tingkat penghidupan masyarakat dengan memperkuat institusi ekonomi dan mengoptimalkan penggunaan sumber daya laut dan pantai selain memberdayakan kemampuan ekonomi mereka dengan memberikan bantuan untuk pengembangan di sektor perikanan dan usaha kecil.
Di Gunung Salak, Jawa Barat, kami memulai sebuah program Konservasi Lingkungan dan Pengembangan Pendanaan Mikro berbasis masyarakat. Tujuan utama inisiatif ini adalah untuk memperkuat kapasitas masyarakat setempat dalam meningkatkan ekonomi daerah melalui semangat wirausaha bagi perempuan dan generasi muda serta institusi pendanaan mikro, sembari mempertahankan dan memperbaiki kondisi hutan dan sumber daya alam di sekitar daerah operasi geothermal di Salak, melalui kegiatan yang menghasilkan pendapatan untuk upaya konservasi berbasis masyarakat.